Bokep Viral Terbaru Janda Muda tobrut PEMERSATUDOTFUN

Janda Muda tobrut

Tidak ada voting

kamu melihat pesan ini karena adblocking menyala sehingga keseluruhan koleksi kami sembunyikan. kamu berusaha menghilangkan iklan maka kami juga akan menutup seluruh koleksi klik cara mematikan ADBLOCK
Download free VPN tercepat
Janda, Muda, tobrut
video tak dapat diputar? gunakan google chrome, matikan adblock, gunakan 1.1.1.1
untuk menonton konten Janda, Muda, tobrut yang ada pada kategori SKANDAL, TANTE published pada 5 Agustus 2022 sila click button Download lalu click STREAMING di atas untuk menyaksikan streaming Janda Muda tobrut secara free, dapat pula click STREAMING 1 etc button di bawah player. jangan lupa di fullscreen agar iklannya tidak muncul, jika keluar jendela iklan cukup tutup sahaja
Content Yang Serupa :
Advertisement
klik foto untuk besarkan saiz dan semak halaman seterusnya

Daftar Foto :



Kisah Cinta Lewat pemersatu.fun 01


Aku bekerja di satu perusahaan explorasi minyak lepas pantai di pulau Kalimantan, dimana salah satu sarananya yaitu komunikasi, yang menjadi bagian tulang punggung kegiatan tersebut. Telepon, komputer, mesin fax dengan segala kelengkapannya adalah isi dari sarana penting itu untuk menunjang kelancaran kegiatan explorasi ini. Dan internet line yang merupakan awal dari kisah yang akan kupaparkan di bawah ini.

Berawal dari mencari data dan informasi di internet line, aku sampai pada situs pemersatu.fun yang banyak mempunyai cerita pengalaman bermain cinta dari para penulis yang sudah lama dan banyak hasil karyanya. Disitulah aku mencoba menuangkan kisah kehidupan masa remaja yang bebas bermain cinta dengan cewek-cewek seumur, anak-anak SMP, SMA maupun perempuan setengah baya.

Entah karena iseng atau kebetulan, aku bisa bekenalan dengan teman-teman baru, termasuk salah satu gadis yang kisahnya ada dibawah ini, dia mengirim e-mail dan ingin berkenalan denganku. Tentu saja aku tidak menolak bahkan kami berchatting saling memperkenalkan diri kami. Namanya Maharani dan aku memperkenalkan diriku Jay Mahesa. Setelah agak lama kami berhubungan lewat e-mail, aku menyapanya dengan nama panggilannya Rani dan aku disebutnya dengan panggilan Daddy karena ternyata usiaku hampir seumur degan ayahnya. Ini hal baru bagiku, ada wanita jauh lebih muda dariku punya perhatian dan sampai dengan saling kirim foto.

Dan akhirnya kami bertemu di suatu restaurant yang cukup sederhana dan cukup private, some where in Tenda Semanggi. Itulah pertemuan kami yang pertama, disanalah aku melihat Ratih yang ternyata dia lebih manis dari foto satu-satunya yang pernah dikirimkan lewat perkenalan e-mail beberapa waktu yang lalu. Dia muncul di depanku dengan sikap yang lembut dan anggun.Segera aku bangkit dari kursi yang kududuki serta meja yang sudah dipersiapkan oleh pemilik caf� dengan sebatang bunga mawar merah untuk menyambutnya sesuai dengan janji kami lewat e-mail terakhir bahwa kami akan bertemu dengan memakai tanda khusus, yang mana aku akan memakai baju tradisionil lengan panjang dari bahan belacu putih tanpa kerah, celana panjang hitam. Rani sendiri memakai rok dan blus yang berwarna hitam dibatasi garis kotak-kotak putih ditutupi dengan blazer berwarna yang sama dengan rok yang dipakainya yaitu abu-abu muda. Aku yakin dia baru pulang kantor dan langsung menuju tempat yang telah kami sepakati bersama.

Dia cukup tinggi, kira-kira 165 cm dengan berat badan sekitar 60-62 kg, matanya hitam, bulat berbinar-binar dengan bibirnya yang sensual dan merah berlipstik tipis, serta rambutnya yang hitam, tebal sebatas pundak. Mataku yang agak nakal mulai menatap tajam dari ujung rambutnya yang hitam lebat turun perlahan-lahan menelusuri raut wajahya. Matanya yang bulat berbinar-binar, bibirnya yang sensual, terus turun ke lehernya yang putih, jenjang dan akhirnya tanpa sadar pandanganku berhenti pada dadanya yang agak membusung.
"Hey sadar bung..! Ini hari pertama bertemu man..!" dalam hatiku.

Aku tersadar mendengar suaranya berdehem, umurku mungkin 2 kali umurnya. Aku punya isteri yang berbeda 3 tahun lebih muda dariku. Aku hanya punya sebuah permata hatiku yang sedang meningkat dewasa berumur 19 tahun. Dia seorang puteri yang cantik, akan tetapi, ya Tuhan di depanku berdiri seorang wanita dewasa yang cantik dan manis dengan segala bentuk fisik yang menjadi impianku selama ini (benarkah hal ini?) di depanku berdiri Maharani lengkap, in one piece yang selama ini kukenal lewat daramanis@**** (edited).com. Sekarang tidak lagi dunia maya yang kuhadapi akan tetapi dunia nyata.

Kembali kutatap matanya yang hitam, bulat dan berbinar-binar sambil mengulurkan tanganku untuk menyambut tangannya.





"Maharani..?" aku menyapa dengan suaraku agak berat dan bergetar menahan rasa was-was yang tiba-tiba kurasakan pada saat ia mengulurkan tangannya yang terasa lembut di dalam genggamanku.
"Dad.. Daddy..?" jawabnya lembut dan suaranya yang tidak bisa aku lupakan persis seperti pertama kali dia meneleponku pada tanggal 21 Februari yang lalu ketika aku berada di kantor di salah satu perusahaan negara dan juga sama pada saat dia menghubungiku lewat HP-ku minggu lalu.
Suaranya renyah, lembut dan tegas. Kutarik tanganku perlahan dengan tetap menggenggam tangannya yang halus dengan maksud untuk melihat wajahnya lebih dekat yang selama ini hanya merupakan mimpi bagiku. Dia pun sepertinya tanpa sadar melangkah mendekati, mungkin Rani sendiri juga ingin meyakinkan dirinya bahwa aku ini benar-benar Jay Mahesa atau Daddy yang menjadi panggilannya bagiku lewat e-mail atau dia ingin melihat kumisku yang pernah dikatakan lewat e-mailnya ingin dirasakan menyentuh bibirnya yang sensual itu.

Kami berdua tersadar dan melepaskan jabatan tangan kami masing-masing, aku bergeser dan menarik kursi sambil mempersilahkan dia duduk dan aku mengambil tempat yang berhadapan dengannya. Kami masih saling berpandangan seolah-olah masih tidak percaya bahwa saat itu, detik itu Jay dan Rani telah saling duduk berhadapan. Face to face in real world not in dream world
"Hai.. apa kabar Non..?" aku menyapanya hati-hati.
"Oh, eh.., saya baik-baik Oom.. eh maaf, Daddy.." jawabnya agak kemalu-maluan.
"Well.. inilah saya, Jay yang selama ini anda kenal melalui e-mail dan foto-foto yang saya kirimkan lewat e-mail. Bagaimana menurut anda..?" jawabku lagi sambil tersenyum dan memandang ke arahnya dengan pandangan yang pasti.
"Dan inilah saya.. Rani, yang Daddy kenal lewat e-mail.. pasti Daddy kecewa karena saya tidak seperti yang Daddy bayangkan.."
"Stop.. dan jangan teruskan kata-katamu itu." jawabku memotong ucapannya dan memandang tepat ke arah matanya.

Aku mengulurkan kedua tanganku terbuka di atas meja ke arahnya dan dia seperti kebingungan melihatku dan melihat ke arah tanganku. Kulihat tanpa sadar Rani mengulurkan tangan kanannya menuju tangan kiriku yang segera kugenggam lembut sementara tangan kananku mengambil tangkai bunga Mawar di hadapan kami berdua.

"Maharani yang baik.., ini hari pertama kita bertemu muka, saya ingin hari ini menjadi hari yang indah bagi kita berdua. Untuk itu aku ingin Rani menikmati saat yang baik ini dengan bahagia dan ingat saya sudah berkali-kali mengatakan saya akan menerima Rani apa adanya, jadi jangan mencoba merendahkan diri kepada saya yang juga masih banyak kekurangan dalam banyak hal, Oke.. kamu setuju kan..?" tegasku kepadanya sambil menatap lembut ke arah matanya yang bulat, hitam serta berbinar-binar itu.
"Daddy.., maafkan Rani. Rani hanya ingin mengatakan apa yang ada di dalam pikiran Rani pada saat ini, karena Rani takut Daddy kecewa dengan keadaan Rani seperti ini.."
Aku tersenyum sambil menggelengkan kepalaku perlahan-lahan kemudian menyerahkan bunga Mawar kepadanya, diterimanya dengan tangan kanannya dan kugenggamkan kedua tanganku pada tangan kanannya yang memegang bunga Mawar tersebut.

"Non yang cantik, kamu tidak perlu takut ataupun kecil hati dengan keadaanmu kemarin, sekarang maupun besok, untuk Daddy, Rani kemarin, sekarang maupun besok adalah tetap Rani yang Daddy kenal dengan segala sesuatunya yang baik maupun jelek dan tetap akan daddy terima apa adanya dan aku akan tetap menyayangimu." aku kembali menegaskan untuk menenangkan hatinya.
"Oh, Daddy, thanks Daddy, kamu telah meyakinkan Rani untuk semua yang selama ini Rani khawatirkan kalau bertemu dengan Daddy." Air mukanya berubah cerah terlihat dari rona pipinya yang kembali memerah.
Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, betapa cantik dan manisnya gadis yang duduk di hadapanku ini dengan segala pengalaman hidupnya yang sebagian besar telah diceritakannya melalui e-mail kepadaku.

Apalagi yang akan kulakukan, kupanggil waiter yang sejak tadi rupanya agak bengong melihat kelakuan kami berdua. Aku tawarkan Rani minum, dia memilih sama dengan yang kupesan yaitu fresh orange juice. Kembali kami masing-masing menceritakan diri kami masing-masing dalam suasana yang lebih santai disertai tawa dan canda. Malam pertama itu berakhir dengan suasana lebih santai dan romantis dari yang kuduga sebelumnya. Kami berjanji akan melakukan pertemuan lagi selama aku berada di Jakarta paling tidak 3 sampai 4 kali dalam waktu 2 minggu. Hanya saja dia tetap merahasiakan dimana dia tinggal di Jakarta serta alamat tempat dia bekerja, aku pun tidak ingin memaksanya karena bagiku lebih penting menjaga hubungan baik yang telah ada ini.

Kami tidak lagi kaku setiap kali bertemu, bahkan aku mulai berani untuk membelai pipinya, lengannya serta tangannya yang halus dan Rani pun juga demikian, bahkan dia lebih berani dengan memegang dan mengusap kumisku yang menjadi favorite katanya di setiap akhir pertemuan kami.Di pertemuan kami yang berikutnya, aku mengajaknya nonton film di daerah Jakarta selatan, kami masuk ke dalam gedung pertunjukan tepat pada saat film dimulai sehingga keadaan gelap. Secara refleks, Rani mendekap lengan kiriku agak kencang karena takut tersasar maupun jatuh, aku agak kaget waktu merasakan dadanya yang montok tapi lembut menempel di lenganku. Kebetulan kami mendapat tempat di baris belakang dan di pojok. Yang memilih tempat adalah Rani, jadi kuikuti saja apa yang menjadi pilihannya. Tidak banyak penonton di sekitar kami, jadi aku merasa agak bebas tidak akan malu bila ada kesempatan aku dapat mengecup bibir gadis yang sensual di sebelahku ini.

Selama film diputar, kami tidak konsentrasi dengan jalan ceritanya, aku lebih sering mengusap tangannya disertai sekali-kali memandang ke arahnya, rupanya Rani merasakan hal yang sama. Suatu saat tepat, kami saling berhadapan sehingga jarak hidungku dengan hidungnya kurang dari 10 cm.
"Daddy.." sapanya lembut, terasa nafasnya yang harum di hidungku.
"Ya sayang..?" jawabku perlahan sambil menatap wajahnya.
"Daddy.. aku.." belum sempat dia menyelesaikan kata-katanya, kukecup bibir yang sensual itu lembut, Rani pun langsung memberikan reaksi dengan serta merta menggigit lembut bibirku yang bawah sehingga kumisku tepat mengenai ujung hidungnya yang bangir sambil tangan kanannya menarik bajuku, melepaskan kancing satu persatu terus menyentuh dan mengusap puting susuku dengan lembut. Aku menggelinjang sejenak, "Bukan main..! Dia kok sepertinya tahu bahwa itu salah satu kelemahanku."

Beberapa saat kami berpagut tanpa memperdulikan keadaan di sekitar, sampai akhirnya aku me-nepuk-nepuk punggungnya yang padat untuk menyadarkan kami berdua. Kami saling berpandangan di dalam gelap keremangan dari pantulan film di layar di depan kami.
"Daddy.. aku sayang kamu Daddy.." Rani berkata dengan lirih disertai nafasnya yang harum terasa menerpa wajahku.
"Iya sayang, aku juga mengasihimu, Maharaniku yang cantik." jawabku sambil memegang kedua belah pipinya yang halus serta merta kuusap dengan lembut.
Inilah pertama kali kukecup bibirnya Rani yang sensual setelah selama beberapa bulan sejak berkenalan, kencan di beberapa cafe atau restaurant yang tidak atau belum ada kesempatan untuk melepaskan rindu kami berdua dengan cara yang demikian.

Pada satu saat, aku sedang berada di kantor kira-kira jam 16:30, aku sedang days off, HP-ku berdering.
"Hello Daddy sayang.. aku kangen sama Daddy.." katanya dengan suara agak bergetar lembut.
"Non yang cantik, aku juga kangen sama kamu.. jadi bagaimana dan dimana kita bisa bertemu..?" jawabku penuh antusias sebab aku juga lagi uring-uringan dengan pekerjaan yang agak menumpuk atas permintaan kantor yang sudah dua hari menyita days off-ku.
"Sayang.. aku mau kita ketemu berdua aja.. nggak pake pelayan segala." jawabnya perlahan manja, mungkin maksudnya bertemu tapi bukan di cafe atau restaurant yang biasa kami berdua kencan.
Nah lho, ada apa lagi nih, aku mulai berpikir, jangan-jangan dia lagi suntuk dengan keadaan di kantornya. Oke lah, aku harus konsekuen dengan janjiku padanya, bahwa aku akan memenuhi segala permintaannya semaksimal mungkin selam aku ada di Jakarta.

"Ok Sayang, kita ketemu dimana..?" tanyaku lagi dengan mantap.
"Daddy sayang, aku jemput kamu dimana..? Daddy ada dimana sekarang..?" jawabnya lagi.
"Aku sedang ada di kantor, kira-kira satu jam lagi aku selesai dan Rani bisa jemput Daddy, OK..?" balasku lagi.
"Aku nggak mau nunggu satu jam lagi, aku mau sekarang, Daddy.." terdengar suaranya agak kesal dan penuh harap.
Aku terhenyak di kursi yang kududuki, ada apa ini si Cantik.. kok tiba-tiba jadi tidak seperti biasanya, lembut dan menawan kalau berbicara denganku, tapi sekarang kok jadi agak galak.
"Oke.. ok Sayang, kamu sekarang kesini jemput aku, aku tunggu yaa..?" akhirnya aku menyerah dan segera membereskan pekerjaanku dan memberi tahu bossku bahwa aku akan meneruskan besok atau lusa sebab ada hal penting untuk keluarga yang harus kuselesaikan sekarang (huh bohong besar lu Jay..).

Tepat 20 menit kemudian, Rani sudah ada di hadapanku mengendarai mobilnya, dia turun dan pindah duduk di sebelah kiri, artinya aku yang menyetir. Kuperhatikan dia hari ini memakai casual dress terdiri dari kemeja berwarna kuning dengan kancing terbuka sampai bagian dadanya agak terlihat sedikit. Wow.. sexy lady. Dengan kombinasi celana panjang hitam, sepatu hitam model Moccasin berhak 3 cm. Ini pertama kali Ratih berpakaian tanpa blazer di hadapanku sehingga aku benar-benar mengagumi bentuk tubuhnya yang indah, montok dan pokoknya segala yang aku senangi dari bentuk tubuh wanita dewasa ada pada Rani. Jadi aku duduk di belakang kemudi, mobil kujalankan perlahan-lahan meninggalkan kantorku.

Sambil melihat lurus ke depan aku bertanya, "Kita mau kemana Non..?"
"Terus aja lihat ke depan..! Nggak mau lihat aku yaa..? kenapa..? terganggu kerjanya ya gara-gara Rani..!" jawabnya ketus, ya Tuhan.. ada apa gerangan dengan gadisku yang manis hari ini, ngambek ni yee.
"Iya deh.. Daddy salah deh.. jadi..? Kita ini mau kemana neng..?" jawabku lagi dengan lembut dan hati-hati sambil melihat ke arahnya.
Kulihat dia, matanya hitam, bulat dan indah berbinar-binar menatap lurus ke depan.
"Hey Sinyo Ambonese.. kowe harus berbuat sesuatu untuk mencairkan suasana tegang yang kowe ciptakan sendiri.." hati kecilku berteriak.
Sambil kembali melihat ke depan kuraih tangan kanannya dan dengan lembut terus kucium sambil kugigit-gigit kecil. Terasa tangannya yang semula tegang mulai melemas dan membalas dengan genggamannya terhadap tanganku disertai desahan-desahan lembut meluncur dari bibirnya yang sensual.

Sementara aku sudah menentukan kemana arah yang akan dituju, tidak ada tempat lain. Taman Impian Jaya Ancol, Hotel Horizon, Putri Duyung Cottage, tidak tahu lagi aku, yang penting aku harus cari tempat untuk kencan bersama gadisku ini, kalau sampai dia ngambek lagi bisa-bisa bubar pasar hubunganku dengannya.
"Hai.. jangan marah lagi dong Sayang, Daddy kan sudah mengaku salah.. kok masih diam saja..?" tanyaku hati-hati.
"Oh.. Daddy.. aku nggak marah sama Daddy.. Aku kangen banget sama Daddy and I'm really hornyy.." jawabnya sendu, akhirnya luluh juga ketegangannya.
Dia langsung menggeser duduknya, mendekatiku dan memelukku sambil menyandarkan kepalanya yang tercium harum di hidungku itu pada dadaku, dan lagi-lagi dadanya yang montok serta kenyal itu menyentuh lenganku, membuat jantungku berdebar-debar sambil membayangkan kalau aku bisa mengusap serta mengecupnya.

Jalan menuju tujuan kami berdua sepertinya tanpa ada halangan macet dan sebagainya yang berakhir di Putri Duyung Cottage. Waktu pada saat itu menunjukan jam 18:30 dan cuaca sudah mulai gelap. Tanpa banyak kesulitan, aku bisa mendapatkan satu bungalow dan kami mendapat kamar bagian atas. Sejak turun di depan bungalow, Rani tidak melepaskan pelukan di pinggangku sampai kami masuk, naik tangga, melepaskan sepatu bersama-sama. Kemudian kami berdiri berhadapan, sekali lagi tanpa melepaskan pelukan kami, saling berpandangan persis seperti dalam adegan film Gone With The Wind yang dibintangi almarhum Clark Gable dan almarhum Vivien Leigh. Aku rasanya tidak tahan lagi ingin menelanjangi tubuh montok dalam dekapanku ini, tapi aku tetap sadar dengan umur serta pengalamanku, bahwa aku harus mengambil inisiatif secara perlahan-lahan dan hati-hati.

"Maharani yang manis.. sekarang Daddy ada di hadapanmu dan menjadi milikmu seutuhnya." kataku lembut sambil menegakkan kepalanya dengan kedua belah tanganku, sehingga jarak antara wajahku dengan wajahnya tinggal beberapa centimeter.
"Daddyku sayang.. peluk aku.. cium aku.. pleaasee..!" desahnya lembut.
Tanpa menunggu reaksinya langsung kukecup keningnya yang putih bersih, terus turun ke matanya yang setengah tertutup, hidungnya yang bangir, pipinya yang halus dan tercium wangi aroma Channel no.5 yang terkenal mahal, terus turun pada bibirnya yang sensual dan menggemaskan itu. Nafasnya tersengal-sengal mulai keras terdengar disertai desahan nikmat. Kukecup bibirnya dengan lembut dan terasa kumisku yang cukup lebat menggeser-geser bagian bibir atasnya, reaksinya.. aduh mak! Dengan ganas, Rani membalas kecupan bibirku, aku berteriak kecil ketika bibir bawahku digigit Rani agak keras, mungkin karena gemasnya tersentuh kumisku yang lebat.

Tangan kananku tidak tinggal diam, turun ke arah dadanya yang kemudian kuusap lembut sambil mencoba mencari puting susunya yang menonjol menekan baju kuningnya yang agak tipis terlihat sewaktu kami berada di dalam mobil. Rani mendesah sambil tetap menggigit bibirku dan sekali-kali lidahnya dengan ganas mendorong lidahku. Benar-benar hebat permainan bibir dan lidah gadisku ini. Tangan kiriku turun dari punggungnya ke arah pantatnya yang lumayan besar tapi padat dan montok, pokoknya Ratih gadisku ini serba montok dari pipinya sampai dengan ke kaki, maksudku betisnya bagai "padi bunting" dan itu semua merupakan favorite-ku dalam hal bentuk tubuh wanita.

Kuremas-remas pantatnya, juga susunya yang putih serta putingnya yang merah coklat terlihat setelah aku berhasil melepas kancing baju serta BH-nya yang berwarna kuning lembut sewarna dengan baju kuningnya. Sementara itu Rani belum melepaskan bibirku dari cengkraman bibirnya yang sensual disertai desahan-desahan nikmat terdengar dari mulutnya. Aku mencoba bermain dengan lembut pada kedua puting susunya yang telah berhasil kulepaskan dari BH-nya, aku berusaha melepaskan bibirku dari bibirnya, kemudian agak kugigit bibir bawahnya sehingga dia melepaskan kecupannya yang buas. Kutelusuri lehernya yang jenjang terus ke dadanya, ke pucuk susunya yang, wow..! montok, padat dan kenyal itu, aku tidak tahan langsung kukecup dan kuhisap keras-keras puting yang menggemaskan itu seperti layaknya bayi menyusu. Tetapi berbeda rasanya menghisap susu dan pentil gadisku yang satu ini. Rani mengerang dengan suaranya yang khas.

Bersambung ke bagian 02

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.